Wednesday 28 May 2014

Hamka...

Bismillah, beginning of all goodness.

Officially, this is my first entry in english. So, I'm not really focusing on the grammar, just to make myself comfortable to articulate things in english.

Alhamdullillah, praise be to Allah. Today the weather is nice and everything seems to be fine.

Yesterday, I have bought a book from Pustaka Mumin bookstore in Putrajaya. Actually, I was searching for Hamka's book titled 'Falsafah Hidup'. But I ended up with a book written by his son, Rusydi Hamka who wrote about the life journey of his late father.

credit: jomsewabuku.blogspot.com
Actually, I'm not yet finish reading this 396 page book. But after going through a few chapter from this book, I experienced different kind of feelings. At one time I feel like want to cry, and I laugh hardly on the other part of the stories. Thus I knew that this man have gone through ups and down in life. His life was not smooth and easy as we can observed from his smile. The tough and rough life has bring to us Hamka that we know today.

Hmm, Who is Hamka actually? What is so special about Hamka that many people talk about him  after his death even until now?

Frankly speaking, I do not know much about this great man. I tried to recall the first moment I started to know him was in my fouteenth. Our school invited a retired pilot to give lecture about the history before our country achieve independent in 1957. The pilot who had been a police during the second world war tell us about the hard life during that time. I love the lecture, it make me appreciate more for the pleasant live I'm living now. At the end of the lecture, the pilot told me that he had bought Tafsir al-Azhar which is the greatest contribution of Hamka to the muslim world. The pilot said that he have finish reading 29 volume of the Tafsir, but he still unable to finish the last volume. He don't know why. But I hope he have make it by now.

On that time, I was amazed with it. An Asian man can wrote a complete 30juz Tafsir?That is extremely awesome! But I just left that feeling behind until four years later, I came across Hamka name when I scroll down the newsfeed on facebook. There is a seminar held to remember Hamka. I followed this event from the social media. I listened to Ustaz Hasrizal lecture on 'Ibrah dan Teladan Tokoh Pembangunan Ummah Buya Hamka'. Such a wonderful input. So, I started to have back that 'awesomeness' feeling inside me. So I aim to read Hamka's book. For me, that is the best way to know about him directly. That is the whole point that urged me to buy the book.

Right now, I'm still young. I have strong desire and I have almost all the power I need in life that somehow do not help me much to be more careful and patience person. Thus, I believe that I have to learn it from the elderly who has passed the life test succesfully. And I know, Hamka is one of those.

Hamka,
His life is a silent teacher.
His words even his jokes is wisdom to be delivered.
And the knowledge that he left in his books is a great lasting treasure.

Haji Abdul Malik Karim Amrullah, is a gift for this ummah.

May Allah blessed Hamka and granted him Jannah. And may Allah bless us too.

Assalamualaikum.











Friday 9 May 2014

Gelap dalam kegelapan.

Bismillah, permulaan bagi segala kebaikan,

kredit: www.templeofcats.com

Malam semakin gelap, Mata manusia beransur lelap.

Tepat jam 3.00 pagi,
Tok Wan menghalakan lampu suluhnya ke arah jam,
Sinarannya menerpa wajah Ijat cucunya yang sedang tidur di atas sofa.

"Tokkk..." Ijat menutup mata dengan lengannya. Merengek kerana cahaya itu mengganggu tidurnya.

"Tok nak tengok jam...tak nampak." Jawab Tok Wan ringkas.

Ya...apabila kita terjaga dan mahu melihat sesuatu di dalam gelap, kita mencari cahaya,
Apabila kita tidur dan memilih untuk selesa dalam kegelapan, kita membenci cahaya.

Gelap itu melemaskan, sangat melemaskan.
Tapi apabila kita memilih untuk menutup mata, kita tak sedar dalam kegelapan.
Sebab gelap itu sudah dipilih lebih awal, sebati dengan kegelapan luaran, selesa.
Kita gelap dalam kegelapan.

***
Sejarah mencatatkan adanya 'zaman gelap' pada sesebuah tamadun. Gelap mengikut definisi logik adalah apabila tiadanya cahaya...itulah kegelapan.

Dan kini...dunia seakan-akan begitu gelap, malah menyeramkan.

Palestin,
Syria,
Mesir,
Burma dan Arakan...

Bencana alam yang semakin rancak mengacah jiwa,
Pemahaman agama yang semakin rencam cabarannya.
Kemelut ekonomi yang semakin jauh dari jalan keluarnya,
Politik yang tak habis-habis mencipta cerita,
Dan kini...institusi keluarga dan jemaah perlu terlibat sama?

Dari sebuah negara, bandar, kampung, taman, sehingga ke dalam rumah.
Dari sebuah perundangan, sistem, ideologi, dan pelaksanaan.

Bukannya kita tak punya ilmu, kepakaran dan teknologi...tapi semuanya serba tak kena.

Terasa seakan-akan kita dihimpit dari luar ke dalam, sesak nafas dibuatnya.
Sedangkan himpitan itu adalah hasil individu-individu yang memilih untuk menghimpit,
Akhirnya benar, kita terhimpit.

Tapi jangan hairan, apabila ada yang masih selesa dalam himpitan itu.

***

Apabila deria rasa pada bahagian tubuh tidak berfungsi, kita katakan ia sudah mati.
Apabila hati kita sudah tidak punya sensitiviti yang asas buat seorang 'manusia'...apa yang sudah mati?

Hati.

Apabila baik daging itu, baiklah seluruhnya.
Apabila buruk daging itu, buruklah seluruhnya.

Jangan diperkecil soal menjaga hati, menjaga iman di hati.
Jangan rasa 'tak apa' dengan dosa murahan yang mudah dilakukan atau memang popular dalam kehidupan. Solat tak khusyuk, ilmu tidak dihormati, keluarga tidak dipeduli, mencarut, mengumpat, melampau dalam amarah, rasuah, menindas...

Dosa adalah kotoran yang menggelapkan hati.

Apabila hati gelap...gelaplah dunia ini.

Wahai...
Apakah kita sekarang sibuk mencari teori,
Gah dengan idea yang dipuja dan dipuji.

Sibuk bergayut dengan buku motivasi bantu diri,
mencari isi penting menyalahkan orang lain.

Sibuk berhujjah tentang masalah,
yang hanya menambah masalah.

Tidak menyelesaikan apa-apa.

Masalah berpunca daripada sikap kita, dan sikap adalah cerminan hati.

Apabila manusia memilih untuk menggelapkan hati,
Menjauhi soal hati...berpaling daripada membetulkan hati,
Manusia jadi selesa gelap dalam kegelapan,
Bahkan bila sinaran cahaya menerpa, dirungutnya sebagai gangguan.

Firman Allah; 
"Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, (bukankah) mereka mempunyai hati yang dengannya mereka dapat memahami, atau telinga dengannya mereka dapat mendengar? Maka sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati dalam dada."
***

Wahai mata hati...bilakah dirimu akan terjaga, jika dunia bercahaya sekalipun tiada gunanya,
Jika kita masih membutakan diri....

Jam sudah menunjukkan pukul 5.30pagi.

"Ijat...bangun, bangun. Dah subuh ni, jom pergi surau jom." Tok Wan mengoncang perlahan tubuh Ijat.

"Aaarrhhh..hmm...baiklah Tok." Ijat menggeliat lambat.


Sekian,
Yang baik yakinlah dari Allah semuanya,
Yang lemah maafkan saya hendaknya,
Assalamualaikum.








Entri Terakhir Saya

Bismillah. Pejam celik pejam celik, dah tujuh tahun dah umur blog ini. Saya masih ingat pesan Kak Teh masa dia menolong saya membuka a...